YOGA MENURUT AGAMA HINDU


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Masalah
Darsana merupakan ilmu filsafat sebagai salah satu cabang terpenting dalam ilmu agama hindu,di dalam mengamalkan ajaraan-ajaran agama Hindu. Karena pada hakekatnya semua ajaran agama hindu bernafaskan weda.  Salah satu nya adalah Yoga. Kata yoga berasal dari kata yuj yang artinya menghubungkan dan yoga itu sendiri merupakan penyatuan roh pribadi dengan roh tertinggi (maswinara, 1999:163). Di dalam yoga ada disebutkan tentang etika yoga, etika artinya ilmu tentang moralitas. 
Yoga merupakan cara displin yang ketat terhadap diet makan, tidur, pergaulan, kebiasaan, berkata, berfikir, dan hal ini harus dilakukan di bawah pengawasan yang cermat dari seorang yogin yang ahli dan mencerahi jiva. Ada banyak jalan untuk mencapai kebenaran tertinggi. Jalan yang berbeda-beda itu tampakanya memiliki tujuan yang sama yaitu sebuah penyatuan tertinggi antara Atman dengan Brahman. Kita lahir berulang kali untuk meningkatakan perkembangan evolusi jiwa. Dan masing-masing dari kita berada pada tingkat pemahaman yang berbeda-beda. Karena itu tiap orang disiapkan untuk tingkat pengetahuan spiritual yanag berbeda pula. Semua jalan rohani yang ada di dunia ini penting karena ada orang-orang yang membutuhkan ajarannya. Penganut suatu jalan rohani dapat saja tidak memiliki pemahaman lengkap tentang sabda Tuhan dan tidak akan pernah selama masih berada dalam jalan rohani tersebut. Jalan rohani itu merupakan sebuah batu loncatan untuk pengetahuan yang lebih lanjut. Dengan demikian kita tidak berhak untuk mencerca jalan rohani yang lain. Semua berharga dan penting di mata-Nya. Ada pemenuhan sabda Tuhan, akan tetapi kebanyakan oaring tidak meperolehnya di sini untuk bisa meraih kebenaran, kita perlu mendengarkan roh dan melepas ego kita.
Dan Yoga sebagai salah satu jalan yang bersifat universal adalah salah satu jalan rohani dengan tahapan-tahapan yang disesuaikan dengan kemapuan spiritual seseorang. Yoga merupakan suatu usaha sistematis untuk mengendalikan pikiran dan mencapai kesempurnaan. Yoga juga meningkatkan daya konsentrasi, mengendalikan tingkah laku dan pengembaraan pikiran, sehingga keadaanya menjadi jernih, yang tak terwarnai oleh hubungan pikiran dengan obyek-obyek duniawi.  Tujuan yoga adalah untuk mengajarkan roh pribadi agar dapat menacapai penyatuan yang sempurna dengan roh yang tertinggi, yang dipengaruhi oleh vrrti  atau gejolak pemikiran dari pikiran, sehingga keadaannya menjadi jernih.
Tulang punggung daripada etika yoga adalah yama dan niyama. Yang dimana merupakan salah satu dari bagian astangga yoga. Adapun bagian-bagian astangga yoga dengan delapan anggota yang ditempuh melalui disiplin yoga yaitu, Yama (larangan), Ni Yama (ketaatan), Asana (sikap badan), Pranayama (pengaturan nafas), Pratyahara (penarikan indra dari obyek), Dharana (konsentrasi), Dhyana (meditasi) , dan Samadhi keadaan supra sadar).

1.2  Rumusan Masalah
1.  Apakah Pengertian dari Yoga ?
2. Bagaimana sejarah Yoga dalam ajaran agama hindu ?
3. Apakah mengenal dan manfaat ajaran Yoga ?
4. Bagaimana Etika Yoga di dalam ajaran Yoga Darsana?
      5. Bagaimanakah Konsep dari Astangga Yoga di dalam ajaran Yoga Darsana?
      6. Bagaimana cara mempraktikan sikap-sikap Yoga ?

1.3  Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian Yoga
2. Untuk mengetahui sejarah Yoga
3. Untuk mengenal dan manfaat ajaran Yoga
4. untuk mengetahui etika yoga di dalam ajaran yoga darsana
5.Untuk mengetahui Konsep dari Astangga Yoga di dalam ajaran Yoga Darsana
Untuk mengetahui cara mempraktikan sikap-sikap Yoga







BAB II
PEMBAHASAN

Yoga menurut Agama Hindu
”te dhyāna-yogānugatā apaṡyan dewātma
ṡaktim swa guṇair nigudham
yaá kāranāni nikhilāni tāni kalatma
yuktāny adhitis-thaty ekaá.”
Terjemahannya:
“Orang – orang suci yang tekun melaksanakan yoga dapat membangun
kemampuan spiritualnya dan mampu menyadari bahwa dirinya adalah bagian
dari Tuhan Yang Maha Esa; kemampuan tersebut tersimpan di dalam sifatsifat
(guna-nya) sendiri, setelah dapat manunggal dengan Tuhan Yang Maha
Esa, dia mampu menguasai semua unsur, yaitu unsur persembahan, waktu,
kedirian, dan unsur-unsur lainnya lagi.” (S.Up. I.3).


2.1 Pengertian dan Hakikat Yoga
Perenungan
“Sa ṡakra ṡiksa puruhūta no dhiyā.”
Terjemahannya adalah.
“Ya, Tuhan Yang Maha Esa, tanamkanlah pengetahuan kepada kami dan
berkahilah kami dengan intelek yang mulia.” (AV. VIII. 4.15).
Seorang siswa hendaknya tiada henti-hentinya mempertajam kepandaiannya,
memiliki ingatan yang kuat (melalui latihan), mengikuti ajaran suci veda. Selain itu
juga memiliki ketekunan dan keingintahuan, melatih konsentrasi (penuh perhatian),
menyenangkan hati guru (dengan mematuhi perintahnya), mengulang-ulang
pelajaran, jangan mengantuk (karena sebelumnya kurang tidur), malas dan bicara
tanpa arti.


Secara etimologi, kata yoga berasal dari yud, yang artinya menggabungkan atau hubungan, yakni hubungan yang harmonis dengan objek yoga. Dalam patanjali Yogasutra, yang dikutip oleh Tim Fia (2006:6), menguraikan bahwa; “yogas citta vrtti nirodhah”, artinya, mengendalikan gerakgerik pikiran, atau cara untuk mengendalikan tingkah polah pikiran yang cenderung liar,
bias, dan lekat terpesona oleh aneka ragam objek (yang dikhayalkan) memberi nikmat.
Objek keinginan yang dipikirkan memberi rasa nikmat itu lebih sering kita pandang ada
di luar diri. Maka kita selalu mencari. Bagi sang yogi inilah pangkal kemalangan manusia.
Selanjutnya Peter Rendel (1979: 14), menguraikan bahwa: “kata yoga dalam
kenyataan berarti kesatuan yang kemudian dalam, bahasa inggris disebut “Yoke”.
Kata “Yogum” dalam bahasa latinnya berasal dari kata yoga yang disebut dengan
”Chongual”. Chongual berarti mengendalikan pangkal penyebab kemalangan
manusia yang dapat mempengaruhi” pikiran dan badan, atau rohani dan jasmani”.

Untuk pelaksanaan yoga, agama banyak memberikan pilihan dan petunjuk –
petunjuk melaksanakan yoga yang baik dan benar. Melalui yoga agama menuntun
umatnya agar selalu dalam keadaan sehat jasmani dan rohani.
Di samping berbagai petunjuk agama sebagai pedoman pelaksanaan yoga,
sesuatu yang baik berkembang di masyarakat hendaknya juga dapat dipedomani. Dengan
demikian, pelaksanaan yoga menjadi selalu diterima di sepanjang zaman.

“ṡruti-vipratipannā te yadā sthāsyati niṡcalā,
samādhāv acalā buddhis tadā yogam avāpsyasi.”
Terjemahannya adalah.
“Bila pikiranmu dibingungkan oleh apa yang didengar tak tergoyahkan lagi dan
tetap dalam samadhi, kemudian engkau akan mencapai yoga (realisasi diri).”
(Bhagavad Gita.II.53)
Yoga merupakan jalan utama dari berbagai jalan untuk kesehatan pikiran dan badan
agar selalu dalam keadaan seimbang. Keseimbangan kondisi rohani dan jasmani
mengakibatkan kita tidak mudah diserang penyakit. Yoga adalah suatu sistem yang
mengolah rohani dan jasmani guna mencapai ketenangan batin dan kesehatan fisik
dengan melakukan latihan-latihan secara berkesinambungan. Fisik atau jasmani dan
mental atau rohani yang kita miliki sangat penting dipelihara dan dibina. Yoga dapat
diikuti oleh siapa saja untuk mewujudkan kesegaran rohani dan kebugaran jasmani.
Dengan yoga “jiwan mukti” dapat diwujudkan. Untuk menyatukan “badan” dengan
”alam”, dan menyatukan “pikiran, yang disebut juga jiwa” dengan “ roh” yang
disebut Tuhan Yang Maha Esa. Bersatunya roh dengan sumbernya (Tuhan) disebut
dengan “moksa”.
Dalam pelaksanaan yoga yang perlu diperhatikan adalah gerak pikiran. Pikiran
memiliki sifat gerak yang liar dan paling sulit untuk dikendalikan. Agar dapat fokus
dalam melaksanakan yoga, ada baiknya dipastikan bahwa pikiran dalam keadaan
baik dan tenang. Secara umum yoga dikatakan sebagai disiplin ilmu yang digunakan
oleh manusia untuk membantu dirinya mendekatkan diri kepada Sang Hyang
Widhi Wasa. Kata yoga berasal dari bahasa sansekerta yaitu “yuj” yang memiliki
arti menghubungkan atau menyatukan, yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
diartikan sebagai meditasi atau mengheningkan cipta/pikiran, sehingga dapat
dimaknai bahwa yoga itu adalah menghubungkan atau penyatuan spirit individu
(jivātman) dengan spirit universal (paramātman) melalui keheningan pikiran.



Ada beberapa pengertian tentang yoga yang dimuat dalam buku Yogasutra, antara
lain sebagai berikut.
1. Yoga adalah ilmu yang mengajarkan tentang pengendalian pikiran dan badan
untuk mencapai tujuan akhir yang disebut dengan samadhi.
2. Yoga adalah pengendalian gelombang – gelombang pikiran untuk dapat
berhubungan dengan Sang Hyang Widhi Wasa.
3. Yoga diartikan sebagai proses penyatuan diri dengan Sang Hyang Widhi Wasa
secara terus-menerus (Yogascittavrttinirodhah).
Jadi secara umum, yoga dapat didefinisikan sebagai sebuah teknik yang
memungkinkan seseorang menyadari penyatuan antara roh manusia individu (atman/
jiwātman) dengan Paramātman melalui keheningan sebuah pikiran.

2.2 Sejarah Yoga dalam Ajaran Hindu
Perenungan
”Šikṣa na indra rāya ā puru,
vidaṁ ṛcisama, avā naá pārye ghane.”
Terjemahannya adalah.
”Berilah kami petunjuk, ya Tuhan, untuk mendapatkan kekayaan, Engkau Yang
Maha Tahu, dipuja dengan lagu-lagu, tolonglah kami dalam perjuangan ini.”
(Rg veda VIII. 92. 9).

Memahami Teks
Bangsa yang besar adalah bangsa (masyarakat) yang menghormati sejarahnya.
Kehadiran ajaran yoga di kalangan umat Hindu sudah sangat populer, bahkan juga
merambah masyarakat pada umumnya. Adapun orang suci yang membangun dan
mengembangkan ajaran ini (yoga) adalah Maharsi Patañjali. Ajaran yoga dapat dikatakan
sebagai anugrah yang luar biasa dari Maharsi Patañjali kepada siapa saja yang ingin
melaksanakan hidup kerohanian. Bila kitab Veda merupakan pengetahuan suci yang
bersifat teoretis, maka yoga merupakan ilmu yang bersifat praktis dari-Nya.
Ajaran yoga merupakan bantuan kepada siapa saja yang ingin meningkatkan diri
di bidang kerohanian. Kitab yang menuliskan tentang ajaran yoga untuk pertama
kalinya adalah Yogasūtra karya Maharsi Patañjali. Namun demikian dinyatakan
bahwa unsur-unsur ajarannya sudah ada jauh sebelum itu. Ajaran yoga sesungguhnya
sudah terdapat di dalam kitab ṡruti, smrti, itihāsa, maupun purāna. Setelah buku
Yogasūtra berikutnya muncullah kitab-kitab Bhāsya yang merupakan buku komentar
terhadap karya Maharsi Patañjali, di antaranya adalah Bhāsya Niti oleh Bhojaraja
dan yang lainnya. Komentar-komentar itu menguraikan tentang ajaran yoga karya
Maharsi Patañjali yang berbentuk sūtra atau kalimat pendek dan padat.
Sejak lebih dari 5.000 tahun yang lalu, yoga telah diketahui sebagai salah satu
alternatif pengobatan melalui pernafasan. Awal mula munculnya yoga diprakarsai
oleh Maharsi Patañjali, dan menjadi ajaran yang diikuti banyak kalangan umat
Hindu. Maharsi Patañjali mengartikan kata yoga sama-dengan Cittavrttinirodha
yang bermakna penghentian gerak pikiran.
Seluruh kitab Yogasutra karya Maharsi
Patañjali dikelompokkan atas 4 pada (bagian) yang terdiri dari 194 sūtra. Bagian bagiannya
antara lain sebagaimana berikut :
a. Samadhipāda
Kitab ini menjelaskan tentang sifat, tujuan dan bentuk ajaran yoga. Di dalamnya
memuat perubahan-perubahan pikiran dan tata cara pelaksanaaan yoga.
b. Shādhanapāda
Kitab ini menjelaskan tentang pelaksanaan yoga seperti tata cara mencapai
samadhi, tentang kedukaan, karmaphala dan yang lainnya.
c. Vibhūtipāda
Kitab ini menjelaskan tentang aspek sukma atau batiniah serta kekuatan gaib yang
diperoleh dengan jalan yoga.
d. Kaivalyapāda
Kitab ini menjelaskan tentang alam kelepasan dan kenyataan roh dalam mengatasi
alam duniawi.


Ajaran yoga termasuk dalam sastra Hindu. Berbagai sastra Hindu yang memuat
ajaran yoga di antaranya adalah kitab Upanisad, kitab Bhagavad Gita, kitab Yoga
sutra, dan Hatta Yoga. Kitab Veda merupakan sumber ilmu yoga, yang atas karunia Ida
Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa yang menyediakan berbagai metode
untuk mencapai penerangan rohani. Metode-metode yang diajarkan itu disesuaikan
dengan tingkat perkembangan rohani seseorang dan metode yang dimaksud dikenal
dengan sebutan yoga.
“Yoga-sthaá kuru karmāṇi saògaṁ tyakvā dhanañjaya siddhy-asiddhyoh
samo bhūtvā samatvam yoga ucyate”
Terjemahannya adalah.
“Pusatkanlah pikiranmu pada kerja tanpa menghiraukan hasilnya, wahai
Danañjaya (Arjuna), tetaplah teguh baik dalam keberhasilan maupun kegagalan,
sebab keseimbangan jiwa itulah yang disebut yoga”
(Bhagavad Gita.II.48).
Setiap orang memiliki watak (karakter), tingkat rohani dan bakat yang berbeda.
Dengan demikian untuk meningkatkan perkembangan rohaninya masing-masing
orang dapat memilih jalan yang berbeda-beda. Tuhan Yang Maha Esa sebagai
penyelamat dan Maha Kuasa selalu menuntun umatnya untuk berusaha mewujudkan
keinginannya yang terbaik. Atas kuasa Tuhan Yang Maha Esa manusia dapat
menolong dirinya untuk melepaskan semua rintangan yang sedang dan yang mungkin
dihadapinya. Dengan demikian maka terwujudlah tujuan utamanya yakni sejahtera
dan bahagia.

“Trātāram indram avitāram handraṁhavehave suhavaṁ ṡuram indram,
hvayāmi ṡakram puruhūtam indraṁ svasti no maghavā dhātvindrah”
Terjemahannya adalah.
“Tuhan sebagai penolong, Tuhan sebagai penyelamat, Tuhan yang Mahakuasa,
yang dipuja dengan gembira dalam setiap pemujaan, Tuhan, Mahakuasa, selalu
dipuja, kami memohon, semoga Tuhan, yang Mahapemurah, melimpahkan
rahmat kepada kami” (RV.Veda I.47.11).
Bersumberkan kitab-kitab tersebut jenis yoga yang baik untuk diikuti adalah seperti
berikut ini.
a. Hatha Yoga
Gerakan yoga yang dilakukan dengan posisi fisik (asana), teknik pernafasan
(pranayana) disertai dengan meditasi. Posisi tubuh tersebut dapat mengantarkan
pikiran menjadi tenang, sehat dan penuh vitalitas. Ajaran hatha yoga berpengaruh
atas badan atau jasmani seseorang. Ajaran Hatha Yoga menggunakan disiplin
jasmani sebagai alat untuk membangunkan kemampuan rohani seseorang.
Sirkulasi pernafasan dikendalikan dengan sikap-sikap badan yang sukar-sukar.
Sikap-sikap badan tersebut dilatih bagaikan seekor kuda yang diajari agar dapat
menurut perintah penunggangnya yang dalam hal ini penunggangnya adalah
atman (roh).
b. Mantra Yoga
Gerakan yoga yang dilaksanakan dengan mengucapkan kalimat-kalimat suci
melalui rasa kebhaktian dan perhatian yang penuh konsentrasi. Perhatian
dikonsentrasikan agar tercapai kesucian hati untuk ‘mendengar’ suara kesunyian,
sabda, ucapan Tuhan mengenai identitasnya. Pengucapan berbagai mantra dengan
tepat membutuhkan suatu kajian ilmu pengetahuan yang mendalam. Namun
biasanya banyak kebhaktian hanya memakai satu jenis mantra saja.
c. Laya Yoga atau Kundalini Yoga
Gerakan yoga yang dilakukan dengan tujuan menundukkan pembangkitan daya
kekuatan kreatif kundalini yang mengandung kerahasian dan latihan-latihan
mental dan jasmani. Ajaran Laya Yoga menekankan pada kebangkitan masingmasing
cakra yang dilalui oleh kundalini yang bergerak dari cakra dasar ke cakra
mahkota serta bagaimana memanfaatkan karakteristik itu untuk tujuan-tujuan
kemuliaan manusia.
d. Bhakti Yoga
Gerakan yoga yang memfokuskan diri menuju hati. Diyakini bahwa jika seorang
yogi berhasil menerapkan ajaran ini maka dia dapat melihat kelebihan orang-lain dan
tata-cara untuk menghadapi sesuatu. Praktik ajaran Bhakti Yoga ini juga membuat
seorang yogi menjadi lebih welas asih dan menerima segala yang ada di sekitarnya.
Karena dalam yoga ini diajarkan untuk mencintai alam dan beriman kepada Tuhan
Yang Maha Esa.
e. Raja Yoga
Gerakan yoga yang menitikberatkan pada teknik meditasi dan kontemplasi. Ajaran yoga ini nantinya mengarah pada tata-cara penguasaan diri sekaligus menghargai diri sendiri dan sekitarnya. Ajaran Raja Yoga merupakan dasar dari Yoga Sutra.
f. Jnana Yoga
Gerakan yoga yang menerapkan metode untuk meraih kebijaksanaan dan pengetahuan.
Gerakan ajaran Jnana Yoga ini cenderung menggabungkan antara kepandaian dan
kebijaksanaan, sehingga nantinya mendapatkan hidup yang dapat menerima semua
filosofi dan agama.
g. Karma Yoga
Dalam ajaran agama Hindu selain diperkenalkan berbagai jenis gerakan yoga di atas, ada yang disebutkan jenis Tantra Yoga. Ajaran ini sedikit berbeda dengan yoga pada umumnya, bahkan ada yang menganggapnya mirip dengan ilmu sihir. Ajaran Tantra Yoga terdiri atas kebenaran (kebenaran) dan hal-hal yang mistik (mantra), dan bertujuan untuk dapat menghargai pelajaran dan pengalaman hidup umatnya.

2.3. Mengenal dan Manfaat Ajaran Yoga
Perenungan
”Tvām agne angiraso guhāhitam,
anvavindan sisriyānam vane vane”
Terjemahannya adalah.
”Ya Tuhan Yang Maha Esa, Dikau meliputi setiap hutan dan pohon.
Para bijaksana menyadari Dikau di dalam hati”
(Rg veda V.11. 6)



Adapun manfaat ajaran yoga dapat dilihat dalam uraian berikut ini.
1.      Sebagai tujuan hidup yang tertinggi dan terakhir dalam ajaran Hindu yaitu
terwujudnya Moksartham Jagadhita Ya Ca Iti Dharma.
2.       Untuk menjaga kesehatan, kebugaran jasmani dan rohani dapat dilakukan
melalui praktik berbagai macam gerakan Yoga Asanas. Berikut ini dapat
ditampilkan dalam bentuk kolom beberapa gerakannya.

Jenis-jenis Yoga Asanas
1. Padmāsana
Kedua kaki diluruskan ke depan lalu tempatkan kaki kanan di atas paha kiri,
kemudian kaki kiri di atas paha kanan. Kedua tangan boleh ditempatkan di lutut.
Manfaat Yoga Asanas : Dapat menopang tubuh dalam jangka waktu yang lama, hal ini disebabkan karena tubuh mulai dapat dikendalikan oleh pikiran.
2. Siddhāsana
Letakkan salah satu tumit di pantat, dan tumit yang lain di pangkal kemaluan. Kedua kaki diletakkan begitu rupa sehingga kedua ugel-ugel mengenai satu dengan yang lain.
Manfaat : Memberikan efek ketenangan pada seluruh jaringan saraf dan mengendalikan fungsi seksual.
3. Swastikāsana
Kedua kaki lurus ke depan kemudian lipat kaki dan taruh dekat otot paha kanan, bengkokkan kaki kanan dan dorong telapak kaki dalam ruang antara paha dengan otot betis.
Manfaat : Menghilangkan reumatik, menghilangkan penyakit empedu dan lender dalam keadaan sehat, membersihkan dan menguatkan urat-urat kaki dan paha.
4. Sarvangāsana
Berbaring dengan punggung di atas selimut, angkat kedua kaki perlahan kemudian angkat tubuh
bagian atas, pinggang, paha, dan kaki lurus ke atas. Punggung ditunjang oleh kedua tangan.
Manfaat : Memelihara kelenjar hyroid.



5. Halāsana
Posisi tubuh rebah dengan telapak tangan telungkup di samping badan. Kedua kaki rapat lalu diangkat ke atas dengan posisi lurus. Tubuh jangan bengkok. Kaki dan tubuh buat siku lebar. Turunkan kedua kaki melalui muka sampai jari kaki mengenai lantai. Paha dan kaki membentuk garis lurus. Manfaat : Menguatkan urat dan otot tulang belakang dan susunan urat-urat di sisi kanan kiri tulang punggung.
6. Matsyāsana
Rebahkan diri di atas punggung, dengan kepala diletakkan pada kedua tangan yang disalipkan.
Manfaat : Membasmi bermacam penyakit seperti asma, paru-paru, bronchitis.
7. Paschimottanāsana.
Duduk di lantai dengan kaki menjulur lurus, pegang jari kaki dengan tangan, tubuh dibengkokkan ke depan. Manfaat Membuat nafas berjalan di brahma nadi (sungsum) dan menyalakan api pencernaan, dan untuk mengurangi lemak di perut.
8. Mayurāsana (Burung Merak).
Berlutut di atas lantai, jongkok di atas jari kaki, angkat tumit ke atas dengan kedua tangan berdekatan, dengan telapak tangan di atas lantai, ibu jari kedua tangan harus mengenai lantai dan harus berhadapan dengan kaki. Manfaat : Menguatkan pencernaan, membetulkan salah pencernaan dan salah perut seperti kembung, juga murung hati dan limpa yang bekerja lemah akan baik kembali.
9. Ardha Matsyendrāsana
Letakkan tumit kiri di dekat lubang pantat dan di bawah kemaluan mengenai tempat di antara lubang pantat dan kemaluan. Belokkan lutut kanan dan letakkan ugel-ugel kanan di pangkal paha kiri, dan kaki kanan diletakkan di atas lantai berdekatan dengan sambungan kiri, letakkan ketiak kiri di atas lutut kanan kemudian dorong sedikit ke belakang sehingga mengenai bagian belakang dari ketiak. Pegang lutut kiri dengan telapak tangan kiri perlahan punggung belokkan ke sisi dan putar sedapat mungkin ke kanan, belokkan jidat ke kanan sehingga segaris dengan pundak kanan, ayunkan tangan kanan ke belakang pegang paha kiri dengan tangan kanan, tulang punggung lurus. Manfaat : Memperbaiki alat-alat pencernaan, menambah nafsu makan. Kundalini akan dibangunkan juga dan membuat candranadi mengalir tetap.

10. Salabhāsana
Rebahkan diri dengan telungkup, kedua tangan di sisi badan terlentang. Tangan diletakkan di bawah perut, hirup nafas seenaknya kemudian keluarkan perlahan. Keraskan seluruh badan dan angkat kaki ke atas + 40 cm, dengan lurus sehingga paha dan perut bawah dapat terangkat juga. Manfaat :  Menguatkan otot perut, paha, dan kaki, menyembuhkan penyakit perut dan usus juga penyakit limpa dan penyakit bungkuk dapat dikurangi.
11. Bhuyanggāsana.
Merebahkan diri dengan telungkup, lemaskan otot, dan tenangkan hati, letakkan telapak tangan di lantai di bawah bahu dan siku, tubuh dan pusar sampai jari-jari kaki tetap di lantai. Angkat kepala dan tubuh ke atas perlahan seperti kobra ke atas, bengkokkan tulang punggung ke atas.
Manfaat : Istimewa untuk wanita, dapat member banyak faedah, rahim dan kantung kemih akan dikuatkan, menyembuhkan amenorhoea (dating bulan tidak cocok), dysmenorhoea (merasa sakit pada waktu dating bulan, leucorrhoea (sakit keputihan), dan macam penyakit lain di kantung
kemih, indung telur dan peranakan.
12. Dhanurāsana.
Rebahkan diri dengan dada dan muka di bawah, kedua tangan diletakkan di sisi, kedua kaki ditekuk ke belakang, naikkan tangan ke belakang dan pegang ugel-ugel, angkat dada dan kepala ke atas, lebarkan dada, tangan dan kaki kaku dan luruskan, tahan nafas dan keluarkan nafas perlahan. Manfaat : Menghilangkan sakit bungkuk, reumatik di kaki, lutut, dan tangan. Mengurangi kegemukan, dan melancarkan peredaran darah.
13. Gomukhāsana
Tumit kaki kiri diletakan di bawah pantat kiri, kaki kanan diletakkan sedemikian rupa, sehingga lutut kanan berada di atas lutut kiri dan telapak kaki kanan ada di sebelah paha kiri berdekatan.
Manfaat : Menghilangkan reumatik di kaki, ambeen, sakit kaki dan paha, menghilangkan susah BAB (Buang Air Besar).
14. Trikonāsana.
Berdiri tegak, kedua kaki terpisah, + 65 – 70 cm, kemudian luruskan tangan dengan lebar, segaris dengan pundak, tangan sejajar dengan lantai.  Manfaat;  Menguatkan urat urat tulang punggung dan alat-alat di perut, menguatkan gerak usus dan menambah nafsu makan.

15. Baddha Padmāsana.
Duduk dengan sikap padmasana, tumit mengenai perut, tangan kanan ke belakang memegang ibu jari kanan, begitu juga tangan kiri. Tekan janggut ke dada, lihat pada ujung hidung dan bernafas pelanpelan. Manfaat : Asana ini bukan untuk bermeditasi tetapi untuk memperkuat kesehatan
dan menguatkan badan. Dapat menyembuhkan lever, uluhati, usus.
16. Padahasthāsana.
Berdiri tegak, tangan digantung di sebelah badan, kedua tumit harus rapat tapi jari harus terpisah, angkat tangan kedua-duanya ke atas kepala. Perlahan bengkokkan badan ke bawah, jangan bengkokkan siku lalu pegang jari kaki dengan ibu jari, jari telunjuk, dan jari tengah. Manfaat : Menghilangkan hawa nafsu, tamas, menghilangkan lemak.
17. Matsyendrāsana.
Duduk dengan kaki menjulur, letakkan kaki kiri di atas pangkal paha kanan dan letakkan tumit
kaki kiri di pusar. Kaki kanan letakkan di lantai di pinggir lutut kiri. Tangan kiri melalui lutut kanan di luarnya memegang jari kaki kanan dengan ibu jari, telunjuk, dan jari tengah lalu tekankan pada lutut kanan dan kiri. Manfaat : Menghilangkan reumatik, menguatkan prana shakti (gaya batin) dan menyembuhkan bayak penyakit.
18. Chakrāsana.
Berdiri dengan tangan diangkat ke atas, perlahanlahan turunkan ke belakang dengan membengkokkan tulang punggung. Manfaat : Melatih kegesitan, tangkas, segala pekerjaan akan
dilaksanakan dengan cepat.
19. Savāsana.
Tidur terlentang, tangan lurus di samping badan, luruskan kaki dan tumit berdekatan. Tutup mata bernafas perlahan, lemaskan semua otot. Manfaat : Memberikan istirahat pada badan, pikiran, dan sukma.
20. Janusirāsana
Letakkan tumit kiri di antara lubang pantat dan kemaluan, dan tekanlah tempat itu. Kaki kanan
menjulur dengan lurus. Pegang jari kaki kanan dengan dua tangan. Manfaat : Menambah semangat dan menolong pencernaan. Asana ini menggiatkan surya chakra.


21. Garbhāsana.
Kedua tangan di antara paha dan betis, keluarkan kedua siku lalu pegang telinga kanan dengan
tangan kanan dan sebaliknya.
22. Kukutāsana.
Lebih dulu membuat padmasana. Masukkan tangan satu per satu dalam betis hingga sampai kirakira di siku, telapak tangan diletakkan di lantai dengan jari terbuka ke depan, angkat badan ke atas salib kaki kira-kira sampai di siku. Manfaat : Menguatkan otot-otot dada dan pundak.

2.4  Etika Yoga dalam Ajaran Yoga Darsana

Perenungan
”Na karmaṇām anārambhān naiṣkarmyaṁ puruṣo ’ṡnute,
na ca saṁnyasanād eva siddhiṁ samadhigacchati”.
Terjemahannya adalah.
”Tanpa kerja orang tak akan mencapai kebebasan, demikian juga ia tak akan mencapai
kesempurnaan karena menghindari kegiatan kerja”. (Bhagavad Gita. III.4).


Etika yang nama lainnya adalah susila sesungguhnya adalah suatu bentuk pengendalian diri dalam pergaulan hidup bersama agara terjadi keharmonisan hidup di antara sesama dan lingkungan sekitarnya (Sayang Supardi, 2004 : 10). Etika juga merupakan pedoman moral bagi orang tertentu, agama, profesi, dan sebagainya.
            Disadari atau tidak etika itu sebenarnya telah ada sejak manusia ada di muka bumi ini. Namun, etika itu mengalami kemunduran (Degradasi) dari zaman ke Zaman. Dalam kehidupan Sehari-hari etika perlu mendapat perhatian lebih serius dan ditingkatkan terus-menerus kwalitasnya karena dari etika yang baik akan menghasilkan generasi yang berkualitas baik juga. Etika yang buruk hanya akan menhasilkan kegagalan dalam hidup ini. Sangat disayangkan kalau dalam hidup ini yang telah dilalui dengan susah payah dan sangat lama tidak dapat menunjukkan kwalitas manusia sejati gara-gara hidup tanpa etika. Jika demikian adanya, apakah arti semua hidup ini? Tidak lain, layaknya mayat berjalan. Artinya kelihatan hidup, tetapi tidak ada gunanya atau sia-sia.
            Yoga adalah penghubung, pengaitan atau persatuan jiwa individual dengan Beliau Yang Maha Esa, mutlak dan tak terbatas. Ia juga berarti penghentian goncangan-goncangan pikiran. Anda tidak dapat menjadi yogin, kecuali bilamana anda adalah seorang Theis (percaya kepada Tuhan) dan theisme akan tidak ada arti, kecuali anda mengikuti tingkatan mental dapat berlangsung secara kontinyu. Ada dua jenis tingkatan konsentrasi atau semadhi, yaitu : Samprajnata Samadhi (konsentrasi sadar), dimana ada obyek konsentrasi  yang pasti dan pikiran tetap sadar akan obyek tersebut ( Maswinara, 1999:167).

Adapun 4 bentuk-bentuk dari Samprajnata Samadhi itu atau menurut jenis obyek pernungannya yaitu,
1.      Savitarka (dengan pertimbangan), konsentrasi pikiran yang dikonsentrasikan pada obyek kasar (benda kasar dan nyata), seperti arca dewa atau dewi
2.      Savicara (dengan renungan), konsentrasi pikiran yang dikonsentrasikan pada obyek yang halus tidak kelihatan nyata, seperti Tanmantra.
3.      Sananda (dengan kegembiraan), konsentrasi pikiran dipusatkan pada obyek yang halus, seperti Indriya
4.      Sasmita (dengan arti kepribadian), konsentrasi pikiran di tujukan kepada anasir rasa aku. Biasanya dalam kondisi ini Roh akan menyamakan dirinya dengan anasir itu. Yang kedua adalah Asamprajnata Samadhi, dimana perbedaan antara obyek yang dimeditasikan dan subyek menjadi lenyap dan terlampui atau transenden sedangkan pada pada Samprajnata Semadhi ada kesadaran yang jernih tentang obyek yang dimeditasikan yang berbeda dengan subyek.  

2.5  Konsep dari Astangga Yoga di dalam ajaran Yoga Darsana

Perenungan
”Pratena dikṡām āpnoti dikṣāya āpnoti dakṣiṇām,
dakṣinā ṡraddhām āpnoti ṡraddhāya satyam āpyate”.



Terjemahannya adalah.
”Melalui pengabdian kita memperoleh kesucian, dengan kesucian kita
mendapat kemuliaan.
Dengan kemuliaan kita mendapat kehormatan dan dengan kehormatan kita memperoleh kebenaran”
(Yajur veda XIX.30).

            Dalam menjalankan yoga ada tahap-tahap yang harus ditempuh yang disebut dengan Astangga Yoga. Astangga Yoga artinya delapan tahapan-tahapan yang ditempuh dalam melaksanakan yoga. Adapun bagian-bagian dari Astangga Yoga yaitu Yama (pengendalian), Nyama (peraturan-peraturan), Asana (sikap tubuh), Pranayama (latihan pernafasan), Pratyahara (menarik semua indriya kedalam), Dharana (telah memusatkan diri dengan Tuhan), Dhyana (mulai meditasi dan merenungkan diri serta nama Tuhan), dan Samadhi (telah mendekatkan diri, menyatu atau kesendirian yang sempurna atau merialisasikan diri).

Berikut dibawah ini penjelasan dari tentang Astangga Yoga yaitu :
1.      Yama (pantangan, pengendalian diri), yang terdiri atas lima perintah :
a.       Ahimsa (tanpa kekerasan), jangan melukai mahluk lain manapun dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan.
b.      Satya ( kebenaran dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan, atau pantangan terhadap kepalsuan, penipuan dan kecurangan).
c.       Asteya, yakni pantang untuk menginginkan sesuatu yang bukan milik nya sendiri yang muncul dalam pikiran, perkataan dan perbuatan.
d.      Brahmacarya, yakni pantang untuk kenikmatan seksual dalam pikiran, perkataan dan tindakan.
e.       Aparigraha (pantang kemewahan), seorang yogin harus hidup sederhana, tidak menghendaki banyak kepemilikan, tapi juga tidak mengingini kemewahan yang melebihi apa yang diperlukan.
Kelima yama yang disebutkan diatas merupakan suatu keharusan tanpa perkecualian. Seorang yang melanggar disiplin di atas itu dalam hal apapun, berbuat suatu kesalahan. Patanjali menyebut kelima yama ini mahavrata atau sumpah besar. Pelanggarannya tidak diperkenankan dan tidak ada alasan untuk mengelakkannya. Patanjali mengatakan bahwa kepatuhan pada kelima yama itu diwajibkan dan dipertahankan dalam tiap keadaan,(Saraswati, 1979:47). Dikatakan juga ketaatan pada kelima yama itu merupakan Kode Etik Universal ( sarvabhauma) (Maswinara, 1999:166).
2.      Niyama, (suruhan untuk berdidplin, beradab, dengan memupuk kebiasaan baik) berikut kelima Niyama itu yaitu :
a.       Sauca, kebersihan lahir batin. Lambat laun seseorang yang menekuni prinsip ini akan mulai mengesampingkan kontak fisik dengan badan orang lain dan membunuh nafsu yang mengakibatkan kekotoran dari kontak fisik tersebut (Patanjali Yoga Sutra II.40).

Sauca juga menganjurkan kebajikan Sattvasuddi atau pembersihan kecerdasan untuk membedakan (1) saumanasya atau keriangan hati, (2) ekagrata atau pemusatan pikiran, (3) indriajaya atau pengawsan nafsu-nafsu, (4) atmadarsana atau realisasi diri (Patanjali Yoga Sutra II.41).
b.      Santosa atau kepuasan. Hal ini dapat membawa praktisi Yoga kedalam kesenangan yang tidak terkatakan. Dikatakan dalam kepuasan terdapat tingkat kesenangan transendental (Patanjali Yoga Sutra II.42).
c.       Tapa atau mengekang. Melalui pantangan tubuh dan pikiran akan menjadi kuat dan terbebas dari noda dalam aspek spiritual (Patanjali Yoga Sutra II.43).
d.      Svadhyaya atau mempelajari kitab-kitab suci, melakukan japa (pengulangan pengucapan nama-nama suci Tuhan) dan penilaian diri sehingga memudahkan tercapainya “istadevata-samprayogah, persatuan dengan apa yang dicita-citakannya (Patanjali Yoga Sutra II.44).
e.       Isvarapranidhana atau penyerahan dan pengabdian kepada Tuhan yang akan mengantarkan seseorang kepada tingkatan samadhi (Patanjali Yoga Sutra II.45).
Diatas Yama dan Niyama telah diuaraikan semuanya sepuluh kode moral atau kebajikan etka yang harus diwujudkan. Kebalikan dari sepuluh kebaikan yang harus diwujudkan  (Yama dan Niyama) disebut sebagaia vitarka, yaitu kesalahan-kesalahan yang harus dengan teliti dijauhkan dan dihilangkan, yaitu
:
Ø  Himsa atau kekerasan dan tidak sabar sebagai lawan ahimsa
Ø  Asatya atau kepalsuan sebagai lawan dari satya
Ø  Steya atau keserakahan sebagai lawan dari asteya
Ø  Vyabhicara atau kenikmatan seksual sebagai lawan dari brahmacarya
Ø  Asauca atau kekotoran sebagai lawan dari sauca
Ø   Asantosa atau ketidakpuasan sebagai lawan dari santosa
Ø  Vilasa atau kemewahan sebagai lawan tapa
Ø  Pramada atau kealpaan sebagai lawan svadhyaya
Ø  Prakrti-pranidhana atau keterikatan pada prakrti sebagai lawan dari isvarapranidhana
Dengan menempuh jalan kebaikan bukan berarti seseorang dengan sendirinya dilindungi terhadap kesalahan yang bertentangan. Jangan menyakiti orang lain belum tentu berarti perlakukan orang lain dengan baik. Kita harus melakukan keduanya, tidak menyakiti orang lain dan sekaligus melakukan keramah-tamahan.
3.      Asana, suatu cara atau sikap duduk yang baik, kuat dan menyenangkan. Sikap ini bermacam-macam adanya, seperti padmasana (sikap teratai), wajrasana (sikap tabah), dhanu asana (sikap busur), sarwangan asana (sikap berdiri diatas bahu), hala-asana (sikap bajak), Bhujangga asana (sikap ular kobra), salabha asana (sikap belalang), pascimo asana ( sikap melurus kemuka), padahasta asana ( sikap berdiri bungkuk ke muka), ardhamatsyeandra asana ( sikap berputar), supra waja asana (sikap pangul), dhanuh asana (sikap busur tabah), mayura asana (sikap merak), matsya asana ( sikap ikan), badha asana), sikap teratai guru), kukta asana( sikap ayam jantan), uttama kurma asana (sikap penyu), sirsa asana ( sikap badan terbalik). Demikianlah asana-asana yang ada dalam yoga. Artinya yoga Patanjali tidak mempermasalahkan untuk melaksanakannya sesuai dengan kemampuan dan keinginan peserta yoga. Namun demikian hendaknya peserta yoga berpandangan bahwa semua asana itu merupakan sukha asana I, suatu asana/sikap yang menyenangkan.
4.      Pranayama, pengaturan nafas atau pengaturan nafas keluar masuk paru-paru melalui lubang hidung dengan tujuan menyebarkan prana (energi) keseluruh tubuh. Dalam pelatihan Yoga pernafasan perlu diatur untuk membersihkan darah, mengawasi pemusatan pikiran, karena sangat menguatkan badan-badan dan meneguhkan pikiran. Pranayama dilakukan dengan tiga cara yaitu menarik nafas panjang dan dalam-dalam (puraka), menahan nafas (kumbaka), da mengeluarkan nafas (caraka). Pranayama dapat dilakukan dengan jalan/tahapan-tahapan dibawah ini sebagai berikut:
ü  Tahap Pertama, dengan cara menutup bibir dan menarik nafas ke dalam sepanjang waktu tertentu, kemudian mengeluarkannya dalam waktu tertentu pula.
ü  Tahap kedua, dilakukan dengan menutup lubang hidung kiri dengan telunjuk tangan kiri, tarik nafas secara perlahan melalui lubang hidung kanan secara perlahan selama tiga detik. Kemudian dengan jari tengah kiri, tutuplah lubang kanan hidung. Dan keluarkan nafas melalui lubang kiri hidung.
ü   Tahap ketiga laksanakan rileks dengan istirahat sejenak. Pada saat ini tarik nafas melalui kedua lubang hidung sebanyak yang dilakukan. Buka mulut dengan bibir membuat lubang bulat untuk mengeluarkan nafas lamanya 5 detik.
ü   Tahap keempat, latihan menarik nafas dan menahan nafas adalam kondisi duduk tenang sambil menghitung bhur, bhuah, svah.
ü  Tahap kelima, merupakan pengulangan latihan tahap keempat, hanya saja bawah perut tidak boleh mengembung. Duduklah dengan tenang, bernafaslah melalui bantuan rusuk dan otot sekat rongga badan tidak bergerak.
ü  Tahap keenam, latihan dilakukan dengan duduk tegak, kepala sedikit maju ke depan tapi dibawah perut yang diperkecil seperti kita mengisapnya ke dalam dada. Barulah menarik nafas dalam-dalam dan menahannya sampai 7 hitungan, kemudian keluarkan secara perlahan sambil menurunkan bahu, dengan rusuk diperkecil dan bawah perut ditarik ke atas untuk mengeluarkan sebanyak mungkin udara lama dari paru-paru.
ü  Tahap ketujuh, latihan penahanan nafas (Kumbhaka), tanpa melakukan puraka dana caraka. Pelaksanaannya menarik nafas seperti biasa dan menahannya lima detik hingga satu menit, dilakukan berulang-ulang lebih lama dari waktu sebelumnya, dilanjutkan dengan rileks dan istirahat secukupnya.
5.      Pratayaksa, Adalah penguasaan panca indria oleh pikiran sehingga apapun yang diterima panca indria melalui syaraf ke otak tidak mempengaruhi pikiran. Panca indria adalah : pendengaran, penglihatan, penciuman, rasa lidah dan rasa kulit. Pada umumnya indria menimbulkan nafsu kenikmatan setelah mempengaruhi pikiran. Yoga bertujuan memutuskan mata rantai olah pikiran dari rangsangan syaraf ke keinginan (nafsu), sehingga citta menjadi murni dan bebas dari goncangan-goncangan. Jadi yoga tidak bertujuan mematikan kemampuan indria. Untuk jelasnya mari kita kutip pernyatan dari Maharsi Patanjali sebagai berikut : Sva viyasa asamprayoga, cittayasa svarupa anukara, iva indriyanam pratyaharah, tatah parana vasyata indriyanam. Artinya : Pratyahara terdiri dari pelepasan alat-alat indria dan nafsunya masing-masing, serta menyesuaikan alat-alat indria dengan bentuk citta (budi) yang murni. Makna yang lebih luas sebagai berikut : Pratyahara hendaknya dimohonkan kepada Hyang Widhi dengan konsentrasi yang penuh agar mata rantai olah pikiran ke nafsu terputus.
6.      Dharana artinya mengendalikan pikiran agar terpusat pada suatu objek konsentrasi. Objek itu dapat berada dalam tubuh kita sendiri, misalnya “selaning lelata” (sela-sela alis) yang dalam keyakinan Sivaism disebut sebagai “Trinetra” atau mata ketiga Siwa. Dapat pula pada “tungtunging panon” atau ujung (puncak) hidung sebagai objek pandang terdekat dari mata.
Para Sulinggih (Pendeta) di Bali banyak yang menggunakan ubun-ubun (sahasrara) sebagai objek karena disaat “ngili atma” di ubun-ubun dibayangkan adanya padma berdaun seribu dengan mahkotanya berupa atman yang bersinar “spatika” yaitu berkilau bagaikan mutiara. Objek lain diluar tubuh manusia misalnya bintang, bulan, matahari, dan gunung. Penggunaan bintang sebagai objek akan membantu para yogin menguatkan pendirian dan keyakinan pada ajaran Dharma, jika bulan yang digunakan membawa kearah kedamaian bathin, matahari untuk kekuatan phisik, dan gunung untuk kesejahteraan. Objek diluar badan yang lain misalnya patung dan gambar dari Dewa-Dewi, Guru Spiritual. yang bermanfaat bagi terserapnya vibrasi kesucian dari objek yang ditokohkan itu. Kemampuan melaksanakan Dharana dengan baik akan memudahkan mencapai Dhyana dan Samadhi.
Menurut Patanjali terdapat tujuh metodhe dharana dalam pemusatan pikiran yaitu :
*      Bermeditasi, dilakukan apabila mengalami suatu kegoncangan.
*      Bersikap mental yang baik terhadap orang lain. Inni perlu untuk menenangkan budhi.
*      Pengucapan yoga sutra patanjali “Pracchardana widarana-bhyamwa pranasya” widarana-bhyamwa pranasya artinya juga dengan menguasao dan menundukkan nafas.
*       Kemantapan budi, dilakukan dengan melatih konsentrasi pada persepsi-persepsi berperasaan yang lebih tinggi.
*      Jyotismati, suatu metode meditasi yang dilakukan pada cahaya bathin yang cemerlang yang berada di luar penderitaan. Tujuannya untuk mengantarkan seorang yogi kepada kebahagian-Nya. Cahaya yang dimaksud dalam metode ini adalah cahaya yang ada dalam jantung yang tidak dapat dilihat dengan kasat mata.
*      Konsentrasi pada orang-orang suci, suatu cara meditai dengan memusatkan pikiran kepada ornag-orang suci, misalnya kepada para maha rsi dengan tujuan agar  beliau membantu menenangkan budhi, karena beliau dipandang sebagai yang telah bebas dari ikatan duniawian.
*      Pengetahuan dalam mimpi, suatu cara meditasi yang dilakukan dnegan merenungkan pengetahuan yang diperoleh melalui mimpi pada saat tidur. Dalam yoga. Dalam yoga sutra disebutkan Swapna nidra Jana alambanan. Apa yang dialami melalui mimpi sering dimeditasikan oleh yang mempraktekan yoga, karena dapat membantu dirinya baik dalam keadaan suka maupun duka.
7.      Dhyana, Dhyana adalah suatu keadaan dimana arus pikiran tertuju tanpa putus-putus pada objek yang disebutkan dalam Dharana itu, tanpa tergoyahkan oleh objek atau gangguan atau godaan lain baik yang nyata maupun yang tidak nyata.
Gangguan atau godaan yang nyata dirasakan oleh Panca Indria baik melalui pendengaran, penglihatan, penciuman, rasa lidah maupun rasa kulit. Ganguan atau godan yang tidak nyata adalah dari pikiran sendiri yang menyimpang dari sasaran objek Dharana. Tujuan Dhyana adalah aliran pikiran yang terus menerus kepada Hyang Widhi melalui objek Dharana, lebih jelasnya Yogasutra Maharsi Patanjali menyatakan : “Tatra pradyaya ekatana dhyanam” Artinya : Arus buddhi (pikiran) yang tiada putus-putusnya menuju tujuan (Hyang Widhi). Kaitan antara Pranayama, Pratyahara dan Dhyana sangat kuat, dinyatakan oleh Maharsi Yajanawalkya sebagai berikut : “Pranayamair dahed dosan, dharanbhisca kilbisan, pratyaharasca sansargan, dhyanena asvan gunan : Artinya : Dengan pranayama terbuanglah kotoran badan dan kotoran buddhi, dengan pratyahara terbuanglah kotoran ikatan (pada objek keduniawian), dan dengan dhyana dihilangkanlah segala apa (hambatan) yang berada diantara manusia dan Hyang Widhi.
8.      Samadhi, Samadhi adalah tingkatan tertinggi dari Astangga-yoga, yang dibagi dalam dua keadaan yaitu : 1) Samprajnatta-samadhi atau Sabija-samadhi, adalah keadaan dimana yogin masih mempunyai kesadaran, dan 2) Asamprajnata-samadhi atau Nirbija-samadhi, adalah keadaan dimana yogin sudah tidak sadar akan diri dan lingkungannya, karena bathinnya penuh diresapi oleh kebahagiaan tiada tara, diresapi oleh cinta kasih Hyang Widhi.

Baik dalam keadaan Sabija-samadhi maupun Nirbija-samadhi, seorang yogin merasa sangat berbahagia, sangat puas, tidak cemas, tidak merasa memiliki apapun, tidak mempunyai keinginan, pikiran yang tidak tercela, bebas dari “catur kalpana” (yaitu : tahu, diketahui, mengetahui, Pengetahuan), tidak lalai, tidak ada ke-”aku”-an, tenang, tentram dan damai. Samadhi adalah pintu gerbang menuju Moksa, karena unsur-unsur Moksa sudah dirasakan oleh seorang yogin. Samadhi yang dapat dipertahankan terus-menerus keberadaannya, akan sangat memudahkan pencapaian Moksa. 

2.6                         Mempraktikan Sikap –sikap Yoga
Perenungan
”Yo marayati pranayati,
yasmat prananti bhuvanani visva”
Terjemahannya adalah.

”Sang Hyang Widhiwasa menghidupkan dan menghancurkan.
Dia adalah sumber penghidupan seluruh alam semesta”
(Atharva Veda XIII. 3.3)

Memahami Teks

Walaupun yoga diklasifikasikan ke dalam empat disiplin yang berbeda, tidak ada
satu pun yang bersifat istimewa, superior atau lebih rendah dari yang lain. Semuanya
sama pentingnya dan disebutkan dalam kitab Hindu. Kecocokan disiplin tertentu
bergantung dari mental, intelektual dan dimensi emosional dan hubungannya dengan
karma dari pribadi seseorang.
Ketika kata yoga digunakan di negara barat, secara umum ini berarti Hatha Yoga,
yang merupakan latihan fisik dalam sistem hindu kuno dan teknik pernafasan yang
dirancang untuk menjaga tubuh yang sehat. Kitab hindu menggunakan kata yoga
sebagai sinonim dari sadhana, yang berarti spiritual disiplin. Terdapat enam disiplin
yang utama dalam yoga, Karma Yoga, Bhakti Yoga, Jnana Yoga, dan Raja Yoga.



BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Yoga sebagai sebuah cara atau jalan untuk mengendalikan pikiran yang terobyektifkan serta kecendrungan alami pikiran dan mengatur segala kegelisahan-kegelisahan pikiran agar tetap tak terpengaruh sehingga bisa mencapai penyatuan antara kesadaran unit dan kesadaran kosmik.
Astangga yoga merupakan tahapan-tahapan yang harus dijalankan bagi seseorang yang ingin meningkatkan kualitas spiritual. Astangga Yoga berarti delapan tahapan yang harus dilaksanakan dalam beryoga. Bagian-bagian dari Astangga Yoga yaitu Yama (pengendalian), Nyama (peraturan-peraturan), Asana (sikap tubuh), Pranayama (latihan pernafasan), Prathyahara (menarik semua indrinya kedalam), Dharana (telah memutuskan untuk memusatkan diri dengan Tuhan), Dhyana (mulai meditasi dan merenungkan diri serta nama Tuhan), dan Samadhi (telah mendekatkan diri, menyatu atau kesendirian yang sempurna atau merialisasikan diri).
3.2 Saran
Sebagai generasi muda Hindu yang menuntut pendidikan formal di perguruan tinggi bernafaskan Hindu sudah semestinya kita menjadi pioneer dalam melaksanakan Astangga Yoga tersebut. Karena ajaran yang universal ini apabila dijalankan dengan penuh ketulusan hati kita pasti akan sampai pada cita-cita yang diharapkan. Memahami yoga lebih dalam lagi akan membantu meluruskan persepsi seseorang yang kurang akan informasi tentang Yoga yang telah mengundang persepsi keliru dan tidak sedikit di kalangan awam. Yoga sering dikacaukan dengan Tapa, bahkan dengan sesuatu yang berbau takhayul. Atau memandangnya dari sudut pandang kegaiban dan kanuragan saja. Jadi ini menjadi momen baik bagi kita untuk lebih memahami yoga lagi.
           





DAFTAR PUSTAKA
http://AstanggaYoga.ucla.edu/portal/ucla/how-to-build-a-bigger-brain-91273.aspx
Maswinara I Wayan.1999. Sistem Filsafat Hindu (Sarva Darsana Samgraha). Paramita, Surabaya.
Saraswati Prakas Satya Swami.1996. Patanjali Raja Yoga. Paramita, Surabaya.
W Sayang Yupardi.2004. Disiplin dan Sadhana Spiritual. Paramita, Surabaya.


Posting Komentar

5 Komentar

  1. Tulisan yang sangat bermanfaat mohon ijin tyang share sebagai tambahan wawasan tyang matur suksme

    BalasHapus
  2. sangat memberi wawasan, ulasan dan penjelasan yang memuat banyak dimensi dan waktu

    BalasHapus
  3. menarik sekali artikel ini sangat membantu kita dalam melakukan yoga
    simak juga berita bola terupdate

    BalasHapus
  4. Saya tidak dapat cukup berterima kasih kepada Dr EKPEN TEMPLE kerana telah membantu saya mengembalikan kegembiraan dan ketenangan dalam perkahwinan saya setelah banyak masalah yang hampir menyebabkan perceraian, alhamdulillah saya bermaksud Dr EKPEN TEMPLE pada waktu yang tepat. Hari ini saya dapat mengatakan kepada anda bahawa Dr EKPEN TEMPLE adalah jalan keluar untuk masalah itu dalam perkahwinan dan hubungan anda. Hubungi dia di (ekpentemple@gmail.com)

    BalasHapus